T

24/08/15

WARNA DAN BUSANA LITURGI





 

ASPERGILUM
berasal dari bahasa Latin “aspergere” yang berarti “mereciki”, adalahsebatang tongkat pendek, di ujungnya terdapat sebuah bola logam yangberlubang-lubang, dipergunakan untuk merecikkan air suci pada orang atau benda dalam Asperges dan pemberkatan. Bejana Air Suci adalah wadah yang dipergunakan untuk menampung air suci; ke dalamnya aspergilum dicelupkan.


11/08/15

SIFAT-SIFAT GEREJA


1. SATU
Semua anggota gereja mengimani satu Tuhan, mempraktekkan satu iman, satu dalam komuni, dan ada di bawah kepala gereja yang satu, yaitu paus, yang mewakili kepala gereja yang tidak kelihatan, yaitu Yesus Kristus ( Yoh 10:16 ). Konsili Vatikan II menyatakan bahwa ” Pola dan prinsip terluhur misteri kesatuan gereja ialah kesatuan Allah yang tunggal dalam tiga pribadi, Bapa, Putera, dan Roh Kudus” (UR 2). ”Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan kristus menjadi umat Allah” ( 1Ptr 2:5-10) dan ”membuat mereka menjadi satu tubuh” ( 1Kor 12:12), (AA 18). Kesatuan gereja itu sendiri tidak sama dengan keseragaman. 

Kesatuan gereja lebih tepat dimengerti sebagai ”Bhineka Tunggal Ika”, yang dimaksud sebagai kesatuan iman yang mungkin diucapkan dengan cara berbeda. Oleh karena itu, kesatuan lahir bukan dari keseragaman atau kesamaan, melainkan dari persekutuan dalam persaudaraan, baik dalam pengungkapan iman liturgis & katekis, maupun dalam perwujudan persekutuan dalam organisasi atau penampilan dalam masyarakat. Kesatuan gereja harus diwujudkan dalam persekutuan kongkret antar umat beriman yang terarah pada kesatuan semua orang yang ”Berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni” (2Tim 2:22).

10/08/15

KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA


PERJANJIAN LAMA

No
KITAB
1
Kejadian
2
Keluaran
3
Imamat
4
Bilangan
5
Ulangan
6
Yosua
7
Hakim-Hakim
8
Rut
9
1 Samuel
10
2 Samuel
11
1 Raja-Raja
12
2 Raja-Raja
13
1 Tawarikh
14
2 Tawarikh
15
Ezra
No
KITAB
16
Nehemia
17
Tobit
18
Yudit
19
Ester
20
Ayub
21
Mazmur
22
Amsal
23
Pengkhotbah
24
Kidung Agung
25
Kebijaksanaan
26
Sirakh
27
Yesaya
28
Yeremia
29
Ratapan
30
Barukh
31
Yehezkiel
No
KITAB
32
Daniel
33
Hosea
34
Yoel
35
Amos
36
Obaja
37
Yunus
38
Mikha
39
Nahum
40
Habakuk
41
Zefanya
42
Hagai
43
Zakharia
44
Maleakhi
45
1 Makabe
46
2 makabe
Pengantar
Perjanjian lama terdiri dari 46 buku dan merupakan bagian pertama dari dua bagian Kitab Suci, yang mempunyai paling banyak kitab. Perjanjian lama mengisahkan bagaimana bangsa Israel disiapkan tahap demi tahap untuk menerima perjanjian yang definitive dan abadi yang akan dilakukan Allah dengan manusia dalam diri Yesus Kristus.

Sebelum berbentuk sebuah buku, Perjanjian Lama merupakan suatu penggalaman manusiawi dan rohani, pengalaman akan Allah yang memanggil umat yang dipilih-Nya, dan membuat perjanjian dengan mereka. Umat terpilih ini menjadi saksi akan janji Allah ditengah bangsa-bangsa. Perjalanan Allah dengan bangsa Israel akan berlangsung selama berabad-abad. Dalam petualangan yang panjang ini orang-orang disemangati oleh Roh Allah akan mengungkapkan iman mereka dan nenuliskan teks-teks yang bisa kita baca dalam Websitewww.imankatolik artikel Kitab Suci ini, pengalaman unik akan Allah yang menyatakan Diri-Nya kepada manusia.

Barang siapa membolak-balikan Kitab Suci, Perjanjian Lama akan tampak sebagai deretan cerita yang kadang-kadang terulang, atau mengikuti suatu urutan yang kurang lebih ada pertalian,  yang sering mengagumkan dan kadang-kadang memalukan kita. Diantara tulisan-tulisan ini, ada yang bersifat mitos daripada kisah nyata, banyak hal disisipkan: wejangan-wajangan, peraturan-peraturan tentang moral, liturgy, kehiduapn social, teguran-teguran keras, perkataan-perkataan yang penuh harapan atau suatu seruan kemesraan. Oleh karena itu, Perjanjian Lama adalah salah satu teks yang paling bagus diantara sastra-sastra universal. Allah hadir dimana-mana, seolah-olah Ia disebut pada setiap halaman: sesungguhnya Perjanjian Lama mengisahkan bagimana Allah mempersiapkan manusa, dan khususnya bangsa Israael, untuk mengenal dan menyambut, dalam diri Yesus, Dia yang mengadakan Perjanjian dengan manusia, suatu Perjanjian yang tak terselami dan mengagumkan.

Perjanjian Lama adalah sekaligus sabda Allah dan Sabda Manusia. Dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Maka, tidaklah mungkin memahami kitab-kitab ini jika salah satu dari dimensi ini diabaikan. Dengan mengabaikan satu dimensi, yang lain dirugikan dan ada resiko nilai kitab-kitab itu akan turun sehingga mereka menjadi dokumen-dokumen histories belaka. Dilain Pihak ada Resiko juga bahwa kita lupa bahwa Allah menyatakan Diri-Nya kepada kita (dan masih terus menyatakan Diri-Nya sampai sekarang) ditengah-tengah sejarah jika kita menganggap sabda Allah ini hanya sebagai kumpulan peraturan-peraturan religius. Perjanjian lama bukanlah suatu ajaran religius melainkan suatu penampakan kasih Allah yang adalah Bapa kita, suatu undangan untuk setiap orang masuk kedalam suatu persekutuan (komunio) cinta kasih dengan Dia.

Perjanjian lama bukanlah buku yang berbicara kepada kita tentang Allah, melainkan suatu buku dimana Allah berbicara kepada kita tentang Diri-Nya lewat saksi-saksi yang dipilih-Nya sendiri diantara umat-Nya, yaitu Israel. Orang-orang Kristen perdana tidak keliru: ”Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam berbagai cara berbicara kepada para leluhur kita dengan perantaraan para nabi, maka pada zaman ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan anak-Nya.” (Ibr 1:1). Maka Setelah membaca berbagai kitab Perjanjian Lama, kita melihat betapa sabar Allah menyatakan Diri-Nya, dan betapa sabar Ia mempersiapkan umat-Nya untuk berjumpa dengan Yesus, Putra Allah yang mnejadi manusia.” Dalam Dialah berdiam seluruh kepenuhan Allah (Kol 2:9).

Hukum Taurat, nabi-nabi dan kitab Suci

Pengelompokan suatu perpustakaan bisa berbeda dari seorang pustakawan yang lain. Demikianpun pengelompokan empat puluh enam kitab perjanjian lama telah dibuat secara berbeda secara berabad-abad pertama era Kekristenan. Para redaktur Kitab Suci modern haruslah memilih antara dua dari pengelompokan yang paling sering digunakan oleh naskah-naskah kuno; urutan yang digunakan oleh kitab suci yang berbahasa Ibrani atau urutan yang digunakan oleh Kitab Suci yang berbahasa Yunani.

Pada Umumnya, urutan kitab suci yang berbahasa Ibranilah yang dugunakan untuk edisi yang sekrang ini. Oleh karena itu, pada awalnya kita menemukan kelima kitab dari Perjanjian lama yang disebut Hukum Taurat, atau disebut Torah oleh orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani, atau Pentateukh oleh orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Kemudian menyusul Kitab-Kitab Para Nabi dan akhirnya Kitab Kebijaksanaan, yang merupakan suatu kumpulan karya-karya yang beragam bentuknya yang mempersatukan kita dengan doa, kebijaksanaan, dan moralitas umat perjanjian pertama.

Ketika Allah menyatakan Diri-Nya kepada para bapa bangsa, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub, mereka ini masih pengembara-pengembara; mereka memiliki agama yang sama dengan agama pengembara-pengembara lain yang berciri khas kasih sayang kepada Allah leluhur mereka dan penghormatan terhadap sejumlah dewa kecil dari keluarga. Tetapi perjumapaan mereka dengan Allah yang hidup akan mengatar mereka kesuatu kesadaran baru : Allah menjaga mereka yang Ia pilih, Banyak  pencobaan tempaknya berlawanan dengan janji Allah kepada mereka; tetapi setiap kali Allah turun tangan dan memihak kepada umat yang setia kepada-Nya. Hal ini menciptakan suatu hubungan khusus antara Allah dan bapa-bapa bangsa, yang ditandai oleh kesetiaan Allah pada sabda-Nya dan kepercayaan tak tergoyahkan dari umat yang setia kepada Allah lewat bapa-bapa bangsa. Israel didorong untuk merenungkan sepanjang sejarahnya baik karya-karya agung Allah diantara umat-umat pilihan-Nya dan iman yang tak tergoyahkan dari para bapa bangsa.

Enam abad kemudian sejumlah keturunan para bapa bangsa berada dipadang gurun dan dipimpin oleh Musa menuju tanah terjanji. Perjalanan di Horeb bersifat menentukan: di Horeb suku-suku pengembara itu diminta menghayati suatu pengalaman rohani dan teks-teks Kitab Suci selalu mengacu pada pengalaman itu. Allah secara sungguh-sungguh membaktikan diri kepada umat-Nya pada saat Ia memberikan mereka suatu Hukum: Hukum perjanjian dengan Allah, suatu pedoman tingkah laku Israel secara perorangan maupun bersama. Sabda yag diucapkan Allah kepada Abraham diberi jawaban lewat (tanggapan) di Sinai. Janji, Perjanjian, Keselamatan akan menjadi ketiga tiang penyangga iman Israel, pokok-pokok yang sangat menonjol dalam kelima kitab Perjanjian Lama.

Ketika masuk ke Tanah terjanji, Israel dihadang oleh bangsa-bangsa lain yang memiliki kebudayaan-kebudayaan yang lebih maju. Selama lebih dari dua ribu tahun bangsa-bangsa ini sudah memiliki pelabuhan kota, telah mengembangkan pertanian, telah menjalin hubungan perdagangan didalam wilayah Timur Dekat, dan bahkan lebih jauh lagi. Peradaban ini cerdik tetapi kafir, akan selalu menjadi batu sadungan bagi iman Israel, Lalu Allah mengutus nabi-nabi kepada umat-Nya; nabi-nabi ini adalah juru bicara Allah. Daud menguasai suatu kota Kanaan yang masih kecil dan menjadikannya sebagai ibukota :Yerusalem. Ia membawa tabut Perjanjian Lama ke kota itu. Tabut Perjanjian adalah tanda lahiriah Allah ditengah-tengah umat-Nya. Sejak saat itu tidak hanya masuk kedalam sejarah umat Allah tetapi panggilannya melampaui waktu dan sejarah sebagaimana tampak di halaman-halaman terkahir kitab Wahyu dimana kota itu melambangkan umat manusia yang telah didamaikan oleh Allah secara definitive. Salomo, dengan membangun Bait Allah di Yerusalem, yang selama dua abad berikutnya menjadi satu-satunya tempat kudus yang sah, memberikan umatnya suatu pusat berkumpul: ”Tempat kediaman Allah.”

Penghukuman terhadap ketidaksetiaan Israel yang terjadi banyak kali, peringatan akan belas kasihan Allah yang tak kenal lelah terhadap Yerusalem, terutama akan kebenaran dan ketulusan dalam peribadatan di Bait Allah, pewartaan akan keslamatan yang akan datang; semua ini merupakan pesan-pesan pokok para nabi.

Dalam pengelompokan sebagai bagian ”Para Nabi”, kitab-kitab yang dalam Kitab Suci berbahasa Ibrani disebut “Kitab-kitab sejarah,” Kitab Suci berbahasa Ibrani menyoroti keaslian teks-teks ini, Dalam perjanjian Lama maupun perjanjian Baru, setiap peristiwa mengandung sabda Allah; sejarah tidak ditulis demi memperoleh kesenangan dengan mengetahui kejadian-kejadian dimasa lampau, melainkan demi memberi kesaksian tentang kesetiaan Allah kepada umat-Nya, untuk mengetahui kehendaka-Nya, dan dengan demikian mempersiapkan kita untuk menyambut rahmat keselamatan.

Dengan mendekatnya zaman Akhir, meditasi Israel lebih kuat. Banyak percobaan telah menghilangkan gagasan-gagasan palsu atau terlalu manusiawi. Dengan Doa dari mazmur-mazmur, dengan cerita-cerita yang menyangkut akhlak atau pepatah-pepatah, dengan perkembangan-perkembangan manusa dan masyarakat, para orang bijak berusaha menuntun Israel pada tahap-tahap akhir perjalanan menuju dia yang akan memenuhi segala sesuatu. Kitab kebijkasanaan, yang adalah bagian ketiga dan akhir dari Perjanjian Lama, bisa tampak ada kurang pertaliannya dibanding Hukum Taurat atau Nabi-nabi; sesungguhnya Kitab Kejadian adalah refleksi umat yang bingung sekali dan sering terpecah belah; pada masa itulah Allah membentuk ”Suatu sisa kecil” bagi Diri-Nya ditengah-tengah suatu bangsa yang tertarik dan terhanyut oleh godaan-godaan pengggunaan kuasa, dan kebingungan tentang kerajaan di dunia ini dan kerajaan Allah.

Demi mempermudah pembacaan dan pencariaan sebuah teks dalam kita-kitab dari Kitab Suci, pada Awal abda ke-13 seorang Uskup Inggris mengusulkan membagi Kitab Suci atas bab-bab, dan pada tahun 1550, seorang pencetak buku berkebangsaan Prancis menyelesaikan karya itu dengan memberi nomor pada frasa-frasa dalam Perjanjian baru - yang sekarang disebut ayat-ayat - tak lama kemudian hal yang sama dilakukan juga untuk Perjanjian Lama.

Urutan buku-buku: suatu penjelasan

Dalam Kitab Suci Pastoral Umat Kristen, yang diterbitkan untuk kepentingan Umat Kristen, dipertahankan urutan biasa dari kitab-kitab Perjanjian Baru: keempat Injil disusul Kisah Para Rasul, lalu Surat-Surat Paulus, Surat kepada Orang Ibrani, Surat-surat Yakobus, Petrus, Yudas dan Yohanes dan akhirnya kitab Wahyu.

Dalam Perjanjian Lama kami membuat suatu pilihan. Kalau urutan kitab-kitab Perjanjian baru tidak pernah dipertanyakan, tidaklah demikian dengan Perjanjian lama. Naskah-naskah kuno Perjanjian Lama memberikan urutan kitab-kitab yang terhitung sebagai Kitab Suci dalam naskah-naskah kuno tidak sama.

Akibatnya, memutuskan buku-buku mana yang adalah sabda Allah atau bukan, menyangkut dasar-dasar terdalam kitab Wahyu, Hanya mereka yang telah dipilih untuk memimpin Umat Allah bisa membuat keputusan sepenting itu. Pembesar-pembesar Yahudi pada zaman Yesus dan Para Rasul belum bisa mengambil langkah itu. Ada Kitab Suci berbahasa Ibrani yang dipakai di Palestina dan ada juga Kitab Suci berbahasa Yunani yang diterjemahkan dari Kitab Suci berbahasa Ibrani, yang dipakai oleh orang-orang beriman Yahudi yang terpencar-pencar di seluruh Yunani. Kadang-kadang Kitab Suci itu berbahasa Yunani ini dipakai juga di Palestina. Kitab Suci Yunani berisi juga kitab-kitab terbaru yang aslinya brbahsa Yunani.

Baru setelah terjadi pergolakan pertama melawan Roma (66-71) pada tahun 95, orang-orang Yahudi membuat daftar resmi atau yang disebut “Kanon” Kitab Suci. Mereka menolak buku-buku yang ditulis dalam bahasa Yunani. Namun Gereja pada pihaknya, tanpa membuat suatu daftar resmi, menggunakan Kitab Suci berbahasa Yunani sebagaimana dilakukan oleh penulis-penulis kitab-kitab Perjanjian baru, tanpa membedakan antara kitab-kitab berbahasa Yunani dan Ibrani. Kemudian pada abad ke 16, dalam suatu usaha untuk”kembali ke sumber-sumber asli” yang menandai zaman RENAISSANCE, orang-orang protestan mengeluarkan kitab-kitab yang berbahsa Yunani dari Kitab Suci mereka. Kitab-kitab yang dikeluarkan itu disebut ”Deuterokanonika.” Orang-orang protestan lebih suka memakai istilah “Apokrip.” Orang-orang Protestan kembali kepada “kanon” Kitab Suci berbahasa Yahudi. Dalam Kitab Suci ini kami menerbitkan Perjanjian lama yang ditetapkan oleh Gereja, yaitu Perjanjian lama dengan 46 kitab.

Kitab-kitab ini disusun dengan urutan berbeda sejak abad-abad pertama era kekristenan. Redaktur-rekdaktur modern Kitab Suci memilih salah satu dari urutan yang lebih sering digunakan oleh Naskah-naskah kuno; urutan Kitab Suci berbahsa Ibrani atau Kitab Suci BerbahsaYunani.

Disini kami mempertahankan, secara garis besar, pembagian kitab-kitab menurut tiga kategori yang dipakai dalam Kitab Suci berbahasa Yahudi atau Ibrani, Ketiga kategori ini dapat ditemukan dalam sejumlah teks dalam Perjanjian baru, khususnya Lukas 24:44 ”Kitab Taurat Musa, Kita Nabi-nabi dan Kitab Mazmur” atau menurut ungkapan Yahudi:” Hukum taurat, nabi-nabi dan Tulisan.”
Sumber: http://www.imankatolik.or.id/plama.html

KITAB SUCI PERJANJIAN BARU


PERJANJIAN BARU

No
KITAB
1
Matius
2
Markus
3
Lukas
4
Yohanes
5
Kisah Para Rasul
6
Roma
7
1 Korintus
8
2 Korintus
9
Galatia
No
KITAB
10Efesus
11Filipi
12Kolose
131 Tesalonika
142 Tesalonika
151 Timotius
162 Timotius
17Titus
18Filemon
No
KITAB
19Ibrani
20Yakobus
211 Petrus
222 Petrus
231 Yohanes
242 Yohanes
253 Yohanes
26Yudas
27Wahyu

PENGANTAR

Perjanjian Baru adalah sebuah kumpulan 27 kitab dari Kitab Suci yang ditulis selama 70 tahun setelah kebangkitan Yesus. Gereja para rasul melihat dalam kitab-kitab ini suatu ungkapan iman mereka yang otentik. Gereja telah mengakui secara resmi bahwa kitab-kitab ini diilhami oleh Allah, sabagai sabda Allah. Sama seperti dalam Perjanjian Lama, kitab-kitab ini tidak begitu saja jatuh dari langit, sebaliknya kita mengakuinya sebagai milik para rasul dan para pewarta Injil dalam Gereja Perdana. Kitab-kitab ini tidak bermaksud untuk menjawab semua pertanyaan kita mengenai iman, melainkan suatu kumpulan kesaksian dimana kita menemukan pribadi Yesus dan cara Gereja perdana melihat dirinya dijiwai dan digerekan oleh kuasa kebangkitan-Nya. Kehendak Allahlah yang membuat orang-orang Kristen dari segala abad dapat mengenal Yesus dan karya penebusan-Nya melalui kesaksian-kesaksian yang dahsyat ini.

Tetapi mengapa suatu perjanjian baru ditempatkan setelah Perjanjian Lama? Semata-mata karena setiap perjanjian membentuk suatu bagian sejarah keselamatan dan pewahyuan Allah dalam sejarah. Salib Yesus memisahkan dua fase ini.

Dalam Perjanjian Lama sebuah bangsa dibentuk. Mereka bertumbuh melalui pengalaman mereka, dan setelah berharap akan seribu satu hal yang dicari semua orang, mereka baru mengerti bahwa yang benar-benar penting adalah mengharapkan dan mencari kerajaan keadilan dimana semua orang akan diciptakan baru. Ketika kita membaca sejarah Kitab Suci, kita dapat melihat arah yang ditempuh dan menemukan tahap-tahap berbeda dan tokoh-tokoh kuncinya. Israel menemukan nilai luhur eksistensi dan kehidupan sosial. Kita mengerti mengapa mereka memerlukan waktu berabad-abad untuk menemukan suatu yang melampaui pemahaman mereka. Kita mengerti mengapa kesejahteraan kerajaan Israel kuno tidak dapat bertahan lama dan mengapa penting bagi umat Allah untuk menginsafi dan menyadari apa yang hilang dalam kekuasaan dan kemuliaan duniawi. Kita melihat mengapa, setelah bermunculan banyak juruselamat palsu, Juruselamat sejati datang bagi mereka yang sementara mengalami krisis akhir dibawah penindasan Romawi dan radikalisasi kekuatan-kekuatan politik.

Jadi pesan Yesus merupakan suatu panggilan untuk mengatasi keterbatasan nasionalisme dan fanastisisme yang sempit, supaya menemukan disini dan kini Kerajaan dan Keadilan Allah. Sejarah Israel harus mengalir kedalam suatu era baru dengan umat Allah yang universal, yang kaya pengetahuan akan Bapa dan Putra, Umat semacam itu tidak akan mempraktekan kekerasan sehingga menghindari perpecahan dan penindasan. Kita tahu bahwa bagsa Yahudi jatuh setelah beberapa tahun kemudian itulah akhir dari suatu dunia dan leyapnya sebuah harapan

Perjanjian Baru tidak menggantikan perjanjian Lama. Ajaran Yesus tidak membut peringatan-peringatan para nabi menjadi tidak relevan, Cinta tidak menggantikan keadilan. Keselamatan yang dijanjikan kepada umat Yahudi tidak digantikan oleh suatu “keselamatan jiwa-jiwa” tetapi sebaliknya Injil disampaikan sebagai kebenaran yang membebaskan yang meluruskan kembali sejarah dan mengerahkan semua bangsa kearah tujuan penyatuan kembali dan rekonsiliasi dalam Kristus atas semua kekuasaan manusia dan daya kreasi dalam alam semesta.

Ketika usaha-usaha untuk menginjili orang-orang Yahudi di Palestina gagal, orang-orang Kristen Yahudi pertama berbalik kepada bangsa-bangsa lain dan memberitakan Injil kepada mereka. Dalam beberapa tahun saja, Gereja mulai tersebar luas diseluruh Dunia, yang kemudian dikenal sebagai bangsa-bangsa dari kerajaanYunani-Romawi. Pada Permulaannya ada suatu kepercayaan umum diantara orang-orang Kristen bahwa pesan Yesus akan segera sampai keujung dunia, dan Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan untuk menghakimi. Pada tahun 70-an ilusi ini hilang; sejarah berakhir lebih lama daripada yang telah mereka harapkan.

Komunitas-komunitas Kristen mulai mengumpulkan apa yang telah ditulis untuk menyelamatkan ajaran para rasul. Mereka juga mengartikan kembali pengalaman-pengalaman penting orang-orang Kristen perdana. Dari Kitab-kitab yang dihasilkan Gereja menyetujui kitab-kitab yang menyatakan iman sebagaimana diterima dari para rasul dan menolak kitab-kitab lainnya yang meskipun sangat pantas dihargai, kelihatannya tidak menyampaikan pesan iman yang paling fundamental dan universal.

Sumber : 
http://www.imankatolik.or.id/pbaru.html



Yesus Menurut Injil Lukas

Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.

Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai kepada Adam (Luk 3:23-38) dan tidak hanya sampai Abraham seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.


Injil Lukas mulai dengan kisah masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5-2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
(1) pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14-9:50),
(2) pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27), dan
(3) minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28-24:43).

Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.

Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
(1) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
(2) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
(3) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
(4) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat;
(5) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
(6) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia".
(7) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya.
(8) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).


Sumber: http://www.imankatolik.or.id/yesus_menurut_injil_lukas.html

Peranan Kaum Awam dalam Gereja Katolik


Pengertian Awam
  •  Yang dimaksud dengan kaum Awam adalah semua orang beriman Kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja (lih. LG 31). Definisi Awam dalam praktek dan dalam dokumen-dokumen Gereja ternyata mempunyai dua macam:
  • Definisi teologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. Jadi, Awam meliputi Biarawan/Biarawati seperti Suster dan Bruder yang tidak menerima tahbisan suci.
  • Definisi tipologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan Biarawan/Biarawati. Maka dari itu Awam tidak mencakup para Suster dan Bruder
  • Definisi ini dikutip dari Lumen Gentium yang rupanya menggunakan definisi tipologis. Dan untuk selanjutnya istilah “Awam” yang digunakan adalah sesuai dengan pengertian tipologis di atas.
 Hubungan Awam dan Hierarki sebagai Patner Kerja
  •  Sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, rohaniwan (hierarki) dan Awam memiliki martabat yang sama, hanya berbeda fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah.
Peranan Awam
  • Peranan Awam sering diistilahkan sebagai KeRasulan Awam yang tugasnya dibedakan sebagai KeRasulan internal dan eksternal. KeRasulan internal atau kerasulan “di dalam Gereja” adalah keRasulan membangun jemaat. Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran hierarkis, walaupun Awam dituntut juga untuk mengambil bagian di dalamnya. KeRasulan eksternal atau keRasulan “dalam tata dunia” lebih diperani oleh para Awam. Namun harus disadari bahwa keRasulan dalam Gereja bermuara pula ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini
Kerasulan dalam tata Dunia (eksternal)
  • Berdasarkan panggilan khasnya, Awam bertugas mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia. Mereka dipanggil Allah menjalankan tugas khasnya dan dibimbing oleh semangat Injil. Mereka dapat menguduskan dunia dari dalam laksana ragi (lih. LG 31). Kaum Awam dapat menjalankan keRasulannya dengan kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam “tata dunia”sedemikian rupa sehingga kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian tentang karya Kristus dan melayani keselamatan manusia.
  • Dengan kata lain “tata dunia” adalah medan bakti khas kaum Awam. Hidup keluarga dan masyarakat yang bergumul dalam bidang-bidang ipoleksosbudhamkamnas hendaknya menjadi medan bakti mereka.
  • Sampai sekarang ini, masih banyak di antara kita yang melihat keRasulan dalam tata dunia bukan sebagai kegiatan keRasulan. Mereka menyangka bahwa keRasulan hanya berurusan dengan hal-hal rohani yang sakral, kudus, serba keagamaan, dan yang menyangkut kegiatan-kegiatan dalam lingkup Gereja.
  • Dengan paham gereja sebagai “Tanda dan Sarana Keselamatan Dunia” yang dimunculkan oleh gaudium et Spes, di mana otonomi dunia dan sifatnya yang sekuler diakui, maka dunia dan lingkungannya mulai diterima sebagai patner dialog dapat saling memperkaya diri. Orang mulai menyadari bahwa menjalankan tugas-tugas duniawi tidak hanya berdasarkan alasan kewargaan dalam masyarakat atau negara saja, tetapi juga karena dorongan iman dan tugas keRasulan kita, asalkan dengan motivasi yang baik. Iman tidak hanya menghubungkan kita dengan Tuhan, tetapi sekaligus juga menghubungkan dengan sesama kita di dunia ini
 Kerasulan dalam Gereja (internal)
  • Karena Gereja itu Umat Allah, maka Gereja harus sungguh-sungguh menjadi Umat Allah. Ia hendaknya mengkonsolidasi diri untuk benar-benar menjadi Umat Allah. Ini adalah tugas membangun gereja. Tugas ini dapat disebut keRasulan internal. Tugas ini pada dasarnya dipercayakan kepada golongan hierarkis (keRasulan hierarkis), tetapi Awam dituntut pula untuk ambil bagian di dalamnya. Keterlibatan Awam dalam tugas membangun gereja ini bukanlah karena menjadi perpanjangan tangan dari hierarki atau ditugaskan hierarki, tetapi karena pembabtisan ia mendapat tugas itu dari Kristus. Awam hendaknya berpartisipasi dalam tri tugas gereja. 1) Dalam tugas nabiah (pewarta sabda), seorang Awam dapat mengajar agama, sebagai katekis,memimpin kegiatan pendalaman Kitab Suci atau pendalaman iman, dsb
  • Dalam tugas Imamiah (menguduskan), seorang Awam dapat
  • Memimpin doa dalam pertemuan umat,
  • Memimpin koor atau nyanyian dalam ibadah,
  • Membagi komuni sebagi proDiakon,
  • Menjadi pelayan putra Altar, dsb
  • Dalam tugas nabiah (pewarta sabda), seorang Awam dapat:
  • Menjadi anggota dewan paroki,
  • Menjadi ketua seksi, ketua lingkungan atau wilayah, dan sebagainya.
Hubungan antara Awam dan hierarki, perlu memerhatikan hal-hal berikut ini:

Gereja sebagai Umat Allah
  •  Keyakinan bahwa semua anggota warga Gereja memiliki martabat yang sama, hanya berbeda fungsi dapat menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja. Tidak boleh ada klaim bahwa komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam Gereja Kristus dan menyepelekan komponen yang lainnya. Keyakinan ini harus diimplementasikan secara konsekuen dalam hidup dan karya semua anggota Gereja.
 Setiap Komponen Gereja memiliki Fungsi yang khas
  • Setiap komponen Gereja memiliki fungsi yang khas. Hierarki yang bertugas memimpin (melayani) dan mempersatukan Umat Allah. Biarawan/biarawati dengan kaul-kaulnya mengarahkan Umat Allah pada dunia yang akan datang (eskatologis). Para Awam bertugas meRasul dalam tata dunia. Mereka menjadi Rasul dalam keluarga-keluarga dan dalam masyarakat di bidang ipoleksosobudhamkamnas. Jika setiap komponen gereja menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik pasti terjamin.
 Kerja sama
  • Walaupun tiap komponen memiliki fungsinya masing-masing, namun untuk bidang-bidang tertentu, terlebih dalam keRasulan internal yaitu membangun hidup menggereja, masih dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen. Dalam hal ini hendaknya hierarki tampil sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan. Pimpinan tertahbis, yaitu dewan Diakon, dewan Presbyter, dan dewan Uskup tidak berfungsi untuk mengumpulkan kekuasaan ke dalam tangan mereka, melainkan untuk menyatukan rupa-rupa tipe, jenis, dan fungsi pelayanan (kharisma) yang ada.
  • Hierarki berperan untuk memelihara keseimbangan dan persaudaraan di antara sekian banyak tugas pelayanan. Para pemimpin tertahbis memperhatikan serta memelihara keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral. Karena itu, tidak mengherankan bahwa di antara mereka termasuk dalam dewan hierarki ini ada yang bertanggungjawab untuk memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan sakramen-sakramen